Slider

Kamis, 25 September 2014
0 komentar

[Arsip Media] Cang-pilem! Pemutaran dan Diskusi Film Perancis “A Visit to Ali Farka Toure”

16:56
Suasana saat Cang-pilem! Pemutaran dan Diskusi Film Perancis
“A Visit to Ali Farka Toure”

ALI ‘FARKA’ TOURÉ – DNA-NYA MUSIK BLUES

Film dokumenter berjudul asli “Ali Farka Touré – Le miel n’est jamais bon dans une seule bouche” ini mengikuti perjalanan Ali ‘Farka’ Touré (31 Oktober 1939 – 7 Maret 2006) saat dia kembali ke rumahnya dan ke akar musiknya di Niafunké, Mali. Lahir dengan nama Ali Ibrahim Touré, dia telah memenangkan Grammy Award dua kali.

Ali Ibrahim ‘Farka’ Touré adalah warga negara Mali. Penyanyi dan gitaris legendaris dari Afrika ini juga bisa memainkan banyak instrumen musik lainnya. Touré tercatat sebagai salah satu musisi dari benua Afrika yang paling dikenal secara internasional. Musiknya adalah campuran antara musik tradisional Mali dan musik blues Amerika Utara. Majalah Rolling Stone menempatkannya pada posisi 76 di daftar “100 Gitaris Terbesar Sepanjang Masa”, sedangkan majalah Spin menempatkannya di posisi ke 37 untuk daftar yang sama.

Moritza Thaher, pendiri dan Kepala Sekolah Musik Moritza, menjadi pembicara pada pemutaran dan diskusi film Perancis produksi tahun 2002 “A Visit to Ali Farka Touré”, yang disutradarai oleh Marc Huraux. Acara ini berlangsung di Episentrum Ulee Kareng Jl. Tgk. Menara VIII, No. 8, Garot, Aceh Besar, Rabu (24/9), pukul 16.00 WIB.

Touré melihat sosoknya sekarang sebagai petani dan pecinta keluarga, yang mencoba meningkatkan kondisi agrikultur dan sosial di Timbuktu. Tempat ini sangat berkekurangan. Touré dikenal sebagai legenda terutama dalam menghubungkan musik blues Amerika dan musik gitar asli di Mali. Dia akhirnya mempopulerkan aliran yang dikenal sebagai Blues Mali.

Setelah pemutaran film, Moritza Thaher memaparkan beberapa aspek yang bisa dipetik dari film tersebut untuk mengembang musik di Aceh. Diantaranya adalah kekuatan bahasa, pengucapan, logat, pembunyian serta cara memainkan instrumen yang bisa menimbulkan asosiasi bagi otak manusia tentang dari mana musik itu berasal. Walaupun musik blues berasal dari Amerika Utara, tapi dari tenggorokan dan jari jemari Touré musik blues terdengar seperti berasal dari Mali. Bahkan Martin Scorsese, salah seorang sutradara film Amerika Serikat menyebut gaya musik Touré sebagai “DNA-nya musik blues”.

Hal yang sama juga terjadi di Sumatera Utara. Jika mendengar orang melayu memainkan accordion, orang-orang akan lupa bahwa instrumen tersebut sebenarnya berasal dari Perancis dan Italia. Demikian juga dengan kesenian Nandong dari Simeulue dan Sikambang dari Singkil yang memakai instrumen violin.

Salah seorang peserta diskusi, Munzir, terpana menyaksikan bagaimana Ali Farka Touré memainkan musiknya dan memimpikan hal yang sama bisa terjadi bagi musisi di Aceh. “Itu karena dia dicintai oleh masyarakatnya. Jika di Aceh masyarakat belum sanggup menghargai musisi hingga ke tingkat ‘salute’, setidaknya sedikit apresiasi dari masyarakat akan membangkitkan semangat musisi Aceh untuk lebih kreatif” katanya.

Bassis band Inverno, Jefry Muntazier alias Tebonk malah menjadi heran ketika membanding fasilitas untuk membuat rekaman musik di kampung Touré yang sangat minim dibanding dengan fasilitas studio rekaman di Banda Aceh yang sudah sangat baik. Di banda Aceh, fasilitas tersebut tidak dibarengi dengan semangat berkarya oleh musisi-musisinya.

Beberapa peserta diskusi lainnya seperti Desi, Mita, Zopan dan Yudi juga memaparkan pikiran mereka setelah menonton film tersebut.

Acara ini ditutup oleh Rektor Sekolah Menulis Do Karim, Fauzan Santa. Dia tidak menyangka peserta kali ini membludak dibandingkan biasanya. “Mungkin tema film musik yang menjadikannya menarik. Untuk itu pada edisi dibulan-bulan berikutnya kami akan memutarkan film-film lain yang bertemakan musik”

Pemutaran film ini diselenggarakan oleh Komunitas Tikar Pandan bekerja sama dengan Institut Français Indonesia (IFI), Polyglot Indonesia-Chapter Aceh, ruangrupa, Liberty Language Center, Aneuk Mulieng Publishing, Episentrum Ulee Kareng, Sekolah Menulis Dokarim, Kedai Buku Dokarim, Metamorfosa Institute, Epicentrum Entertainment, LPM Perspektif Unsyiah, Aliansi Jurnalis Independen Kota Banda Aceh, Muharram Journalism College, Himpunan Mahasiswa Komunikasi Unsyiah, IloveAceh, Banda Aceh Info, Infoscreening.

Sumber asli: Moritza


Mau Nonton “A Visit to Ali Farka Toure” Cuma-cuma?
Rahmad | The Globe Journal
Selasa, 23 September 2014 10:00 WIB

Banda Aceh – Ada yang menarik pada Rabu nanti (24/9/2014). Adalah sebuah Film Prancis berjudul “A Visit to Ali Farka Toure” bakal tayang di Banda Aceh. Menariknya lagi, ajang nonton bareng ini juga dibarengi dengan bedah film oleh Moritza Thaher, pendiri dan Kepala Sekolah Musik Moritza. Pemutaran film ini bertempat di Episentrum Ulee Kareng, Garot, Aceh Besar.

“Komunitas Tikar Pandan dalam seri Cang-pilem!–pemutaran dan diskusi film–bulan September ini akan memutarkan Film A Visit to Ali Farka Toure. Film dokumenter berjudul asli Ali Farka Touré-Le miel n'est jamais bon dans une seule bouche ini diproduksi tahun 2002 dan disutradarai oleh Marc Huraux,” ujar Pengelola Komunitas Tikar Pandan, Ramol Selasa (23/9/2014).

Film dokumenter ini mengikuti perjalanan penyanyi dan gitaris legendaris dari Afrika, Ali Farka Touré (yang meninggal pada 2006 silam) saat dia kembali ke rumahnya dan akar musiknya di Niafunké, Mali. Dia lahir dengan nama lahir Ali Ibrahim Touré.
Ali pernah memenangkan Grammy Award dua kali. Ali melihat sosoknya sekarang sebagai petani dan pecinta keluarga, yang mencoba meningkatkan kondisi agrikultur dan sosial di Timbuktu. Tempat ini sangat berkekurangan. Ali dikenal sebagai legenda terutama dalam menghubungkan musik blues Amerika dan musik gitar asli di Mali.

Dia akhirnya memopulerkan aliran yang dikenal sebagai Blues Mali.Martin Scorsese, salah seorang sutradara film Amerika Serikat menyebut gaya musik Ali sebagai “DNA-nya musik blues”.
“Acara ini tanpa karcis,” ujar Ramol lagi. [005]
Sumber asli: The Globe Journal


Cang-pilem! Pemutaran dan Diskusi Film Perancis “A Visit to Ali Farka Toure”
SEPTEMBER 22, 2014 BY DIMAS ALDRIAN 9 COMMENTS

Banda Aceh – Komunitas Tikar Pandan bekerja sama dengan Institut Français Indonesia (IFI),dalam seri Cang-pilem!–pemutaran dan diskusi film–bulan September ini akan memutarkan film “A Visit to Ali Farka Toure“. Film dokumenter berjudul asli “Ali Farka Touré-Le miel n’est jamais bon dans une seule bouche” ini diproduksi tahun 2002 dan disutradarai oleh Marc Huraux.

Film dokumenter ini mengikuti perjalanan penyanyi dan gitaris legendaris dari Afrika, Ali Farka Touré (yang meninggal pada 2006 silam) saat dia kembali ke rumahnya dan akar musiknya di Niafunké, Mali. Dia lahir dengan nama lahir Ali Ibrahim Touré. Alipernah memenangkan Grammy Award dua kali. Ali melihat sosoknya sekarang sebagai petani dan pecinta keluarga, yang mencoba meningkatkan kondisi agrikultur dan sosial di Timbuktu. Tempat ini sangat berkekurangan. Ali dikenal sebagai legenda terutama dalam menghubungkan musik blues Amerika dan musik gitar asli di Mali. Dia akhirnya memopulerkan aliran yang dikenal sebagai Blues Mali.Martin Scorsese, salah seorang sutradara film Amerika Serikat menyebut gaya musik Ali sebagai “DNA-nya musik blues”.

Pemutaran dan diskusi film ini akan dilaksanakan pada hari Rabu (24/9), pukul 16.00 WIB. Pembicara diskusi adalah Moritza Thaher, pendiri dan Kepala Sekolah Musik Moritza. Pemutaran film ini bertempat di Episentrum Ulee Kareng, Jl. Tgk. Menara VIII, No. 8, Garot, Aceh Besar (depan Kantor Pemadam Kebakaran Kota Banda Aceh).Acara ini tanpa karcis. Kategori film: Remaja. Pendaftaran penonton di situs www.tikarpandan.org. Informasi: Ramol (085260034932).

Acara ini merupakan kerja sama antara Komunitas Tikar Pandan, Institut Français Indonesia, Polyglot Indonesia-Chapter Aceh, ruangrupa, Liberty Language Center, Aneuk Mulieng Publishing, Episentrum Ulee Kareng, Sekolah Menulis Dokarim, Kedai Buku Dokarim, Metamorfosa Institute, Epicentrum Entertainment, LPM Perspektif Unsyiah, Aliansi Jurnalis Independen Kota Banda Aceh, Muharram Journalism College, Himpunan Mahasiswa Komunikasi Unsyiah, IloveAceh, Banda Aceh Info, Infoscreening. []

Sumber asli: Perspektif


Sore Ini, Film “A Visit to Ali Farka Toure” Tayang di Episentrum UK

Komunitas Tikar Pandan bekerja sama dengan Institut Français Indonesia (IFI) dalam rangkaian seri Cang-pilem!–pemutaran dan diskusi film–bulan September ini akan memutarkan film “A Visit to Ali Farka Toure” yang akan digelar Rabu (24/9/2014), pukul 16.00 WIB di Episentrum Ulee Kareng.

Selain penayang film yang berjudul asli “Ali Farka Touré-Le miel n’est jamais bon dans une seule bouche” ini juga akan diisi dengan diskusi oleh pemateri.

“Pembicara diskusi adalah Moritza Thaher, pendiri dan Kepala Sekolah Musik Moritza,” sebut Komunitas Tikar Pandar dalam rilisnya.

Pemutaran film ini kategori remaja bebas karcis, tepatnya berada di Jl. Tgk. Menara VIII, No. 8, Garot, Aceh Besar (depan Kantor Pemadam Kebakaran Kota Banda Aceh).

Acara ini merupakan kerja sama antara Komunitas Tikar Pandan, Institut Français Indonesia, Polyglot Indonesia-Chapter Aceh, ruangrupa, Liberty Language Center, Aneuk Mulieng Publishing, Episentrum Ulee Kareng, Sekolah Menulis Dokarim, Kedai Buku Dokarim, Metamorfosa Institute, Epicentrum Entertainment, LPM Perspektif Unsyiah, Aliansi Jurnalis Independen Kota Banda Aceh, Muharram Journalism College, Himpunan Mahasiswa Komunikasi Unsyiah, IloveAceh, Banda Aceh Info, Infoscreening.

Sinopsis
Film dokumenter ini mengikuti perjalanan penyanyi dan gitaris legendaris dari Afrika, Ali Farka Touré (yang meninggal pada 2006 silam) saat dia kembali ke rumahnya dan akar musiknya di Niafunké, Mali. Dia lahir dengan nama lahir Ali Ibrahim Touré. Ali pernah memenangkan Grammy Award dua kali. Ali melihat sosoknya sekarang sebagai petani dan pecinta keluarga, yang mencoba meningkatkan kondisi agrikultur dan sosial di Timbuktu.

Tempat ini sangat berkekurangan. Ali dikenal sebagai legenda terutama dalam menghubungkan musik blues Amerika dan musik gitar asli di Mali. Dia akhirnya memopulerkan aliran yang dikenal sebagai Blues Mali.Martin Scorsese, salah seorang sutradara film Amerika Serikat menyebut gaya musik Ali sebagai “DNA-nya musik blues”. (ed)

Informasi Ramol (085260034932)

Sumber asli: I Love Aceh


Besok Ada Pemutaran Film Prancis di Tikar Pandan
Ihan Nurdin | 23 September 2014 - 09:30 am

Film ini bercerita tentang sosok musisi Afrika yang mempopulerkan Blues Mali.

Komunitas Tikar Pandan bekerja sama dengan Institut Français Indonesia (IFI) akan memutar film kategori remaja berjudul "A Visit to Ali Farka Toure" pada Rabu, 24 September 2014 pukul 16:00 WIB.
Film dokumenter ini berjudul asli “Ali Farka Touré-Le miel n'est jamais bon dans une seule bouche”, diproduksi tahun 2002 dan disutradarai oleh Marc Huraux.

Film dokumenter ini mengikuti perjalanan penyanyi dan gitaris legendaris dari Afrika, Ali Farka Touré (yang meninggal pada 2006 silam) saat dia kembali ke rumahnya dan akar musiknya di Niafunké, Mali.
Dia lahir dengan nama lahir Ali Ibrahim Touré. Ali pernah memenangkan Grammy Award dua kali. Ali melihat sosoknya sekarang sebagai petani dan pecinta keluarga, yang mencoba meningkatkan kondisi agrikultur dan sosial di Timbuktu. Tempat ini sangat berkekurangan. Ali dikenal sebagai legenda terutama dalam menghubungkan musik blues Amerika dan musik gitar asli di Mali. Dia akhirnya memopulerkan aliran yang dikenal sebagai Blues Mali. Martin Scorsese, salah seorang sutradara film Amerika Serikat menyebut gaya musik Ali sebagai “DNA-nya musik blues”.

Informasi yang diterima ATJEHPOST.co melalui surat elektronik, selain pemutaran film juga ada diskusi yang akan disampaikan oleh Moritza Thaher, pendiri dan Kepala Sekolah Musik Moritza.

Pemutaran film bertempat di Episentrum Ulee Kareng, Jl. Tgk. Menara VIII, No. 8, Garot, Aceh Besar (depan Kantor Pemadam Kebakaran Kota Banda Aceh). Bagi yang tertarik bisa mendaftar di www.tikarpandan.org dan menghubungi panitia di 085260034932.[]

Sumber asli: Atjeh Post


Berita Terbaru

 
Top