Slider

Sabtu, 21 Desember 2013
0 komentar

Pemutaran Film Jerman “Kirschblüten-Hanami” Minggu, 22 Desember 2013, Pkl. 15.50 WIB, di Episentrum Ulee Kareng

21:10
Komunitas Tikar Pandan, bekerja sama dengan Goethe Institut Jakarta dan Banda Aceh Membaca, akan melaksanakan pemutaran film dan diskusi. Film yang diputar adalah film Jerman berjudul “Kirschblüten-Hanami (Bunga Ceri Hanami)”. Pemutaran ini akan dilaksanakan pada Minggu (22/12) sejak pukul 15.50 WIB di Episentrum Ulee Kareng, Jl. Tgk. Menara VIII, No. 8, Garot, Aceh Besar.


Film Jerman karya Doris Dörrie produksi tahun 2008 yang berdurasi 127 menit ini adalah sebuah  film cinta yang sangat manusiawi dan mengharukan. Putra, salah seorang pengelola pemutaran film, mengatakan bahwa film ini berkisah tentang pasangan usia enampuluhan, Rudi dan Trudi, yang saling mencintai, akhirnya dipisahkan oleh kematian, dan baru setelah itu mereka dapat benar-benar mengenal. Film Jerman bersubteks bahasa Inggris ini adalah satu perjalanan puitis ke kedalaman jiwa. Cerita pengorbanan cinta yang memikat, pilu dan menyentuh.

Pemutaran ini gratis dan terbuka untuk publik. Bagi peminat dapat mendaftarkan diri via pesan singkat ke 08983895543 (Kiki) atau datang langsung ke tempat pemutaran. Setelah pemutaran akan dilanjutkan dengan diskusi.

Acara ini dilaksanakan bersama oleh Komunitas Tikar Pandan, Aneuk Mulieng Publishing, Episentrum Ulee Kareng, Goethe Institut Jakarta, Banda Aceh Membaca, LPM Perspektif Unsyiah, dan IloveAceh.

Sinopsis (sumber: Berita)
Sutradara: Doris Dörrie,
Durasi: 127 menit,
Tahun: 2008,
Cast: Elmar Wepper, Hannelore Elsner
Bahasa Jerman dengan subtitle Bahasa Inggris
Rudi yang menderita kanker, tidak tahu, bahwa umurnya tinggal beberapa minggu lagi. Hanya Trudi, istrinya yang penuh semangat hidup dan eksotis tahu diagnosa dokter mengenai penyakit suaminya, oleh sebab itu dia memutuskan, mengajak suaminya jalan-jalan untuk terakhir kalinya. Trudi berhasil membujuk suaminya untuk meninggalkan harmonis tapi gersang pengalaman di Allgäu, Bavaria, dan mengunjungi cucu dan anaknya di Berlin. Tetapi setibanya di sana, mereka diabaikan, keluarga muda ini sibuk dengan urusannya sendiri, mereka tidak berusaha untuk dekat dan perhatian terhadap orang tuanya. Setelah selesai menonton pertunjukkan tari Jepang Butoh, keduanya memutuskan untuk tinggal di hotel saja dan pergi ke Laut Baltik. Di sana Trudi meninggal mendadak, Rudi sangat terguncang dan tidak tahu lagi bagaimana dia harus melanjutkan hidup.
Bagaimana–semuanya bertanya–bagaimana Rudi yang tidak mandiri dan sedikit aneh itu bisa hidup sendiri, siapa dari anak-anaknya yang harus mengurusi Rudi yang tinggal jauh di Bayern? Rudi sendiri bingung dengan keadaannya yang sekarang–apalagi dia pun tak tahu bahwa diapun sebenarnya tidak akan berumur panjang. Dia juga merasa bersalah, ketika dia menyadari, berapa banyak waktu yang telah dihabiskan Trudi untuk mengurusnya, berapa banyak pengorbanan yang telah dia lakukan untuk Rudi. Misalnya salah satu kecintaan istrinya ialah tari Butoh, tapi dia mengabaikan hasratnya itu karena cintanya pada Rudi. Akhirnya Rudi pergi ke Jepang untuk mengunjungi Karl, anaknya. Dan tanpa diduga, di sana, di tanah asing, tempat yang biasanya dia tak suka, dia berhasil merasa dekat dengan istrinya yang sudah meninggal–sambil menunaikan impian selama hidup sang istri yaitu: pergi ke Jepang dan melihat gunung Fuji.


Berita Terbaru

 
Top