Komunitas Tikar Pandan, bekerja sama
dengan Goethe Institut Jakarta dan Banda Aceh Membaca, akan melaksanakan
pemutaran film dan diskusi. Film yang diputar adalah film Jerman berjudul “Kirschblüten-Hanami
(Bunga Ceri Hanami)”. Pemutaran ini akan dilaksanakan pada Minggu (22/12) sejak
pukul 15.50 WIB di Episentrum Ulee Kareng, Jl. Tgk. Menara VIII, No. 8, Garot,
Aceh Besar.
Film Jerman karya Doris
Dörrie produksi tahun 2008 yang berdurasi 127 menit ini adalah sebuah film cinta yang sangat manusiawi dan
mengharukan. Putra, salah seorang pengelola pemutaran film, mengatakan bahwa film
ini berkisah tentang pasangan usia enampuluhan, Rudi dan Trudi, yang saling
mencintai, akhirnya dipisahkan oleh kematian, dan baru setelah itu mereka dapat
benar-benar mengenal. Film Jerman bersubteks bahasa Inggris ini adalah satu
perjalanan puitis ke kedalaman jiwa. Cerita pengorbanan cinta yang memikat,
pilu dan menyentuh.
Pemutaran ini gratis dan
terbuka untuk publik. Bagi peminat dapat mendaftarkan diri via pesan singkat ke
08983895543 (Kiki) atau datang langsung ke tempat pemutaran. Setelah pemutaran
akan dilanjutkan dengan diskusi.
Acara ini dilaksanakan
bersama oleh Komunitas Tikar Pandan, Aneuk Mulieng Publishing, Episentrum Ulee Kareng, Goethe Institut Jakarta, Banda Aceh
Membaca, LPM Perspektif Unsyiah, dan IloveAceh.
Sinopsis (sumber: Berita)
Sutradara: Doris Dörrie,
Durasi: 127 menit,
Tahun: 2008,
Cast: Elmar Wepper, Hannelore Elsner
Bahasa Jerman dengan subtitle Bahasa Inggris
Durasi: 127 menit,
Tahun: 2008,
Cast: Elmar Wepper, Hannelore Elsner
Bahasa Jerman dengan subtitle Bahasa Inggris
Rudi yang menderita kanker,
tidak tahu, bahwa umurnya tinggal beberapa minggu lagi. Hanya Trudi, istrinya
yang penuh semangat hidup dan eksotis tahu diagnosa dokter mengenai penyakit
suaminya, oleh sebab itu dia memutuskan, mengajak suaminya jalan-jalan untuk
terakhir kalinya. Trudi berhasil membujuk suaminya untuk meninggalkan harmonis
tapi gersang pengalaman di Allgäu, Bavaria, dan mengunjungi cucu dan anaknya di
Berlin. Tetapi setibanya di sana, mereka diabaikan, keluarga muda ini sibuk
dengan urusannya sendiri, mereka tidak berusaha untuk dekat dan perhatian
terhadap orang tuanya. Setelah selesai menonton pertunjukkan tari Jepang Butoh,
keduanya memutuskan untuk tinggal di hotel saja dan pergi ke Laut Baltik. Di
sana Trudi meninggal mendadak, Rudi sangat terguncang dan tidak tahu lagi
bagaimana dia harus melanjutkan hidup.
Bagaimana–semuanya bertanya–bagaimana
Rudi yang tidak mandiri dan sedikit aneh itu bisa hidup sendiri, siapa dari
anak-anaknya yang harus mengurusi Rudi yang tinggal jauh di Bayern? Rudi
sendiri bingung dengan keadaannya yang sekarang–apalagi dia pun tak tahu bahwa
diapun sebenarnya tidak akan berumur panjang. Dia juga merasa bersalah, ketika
dia menyadari, berapa banyak waktu yang telah dihabiskan Trudi untuk
mengurusnya, berapa banyak pengorbanan yang telah dia lakukan untuk Rudi.
Misalnya salah satu kecintaan istrinya ialah tari Butoh, tapi dia mengabaikan
hasratnya itu karena cintanya pada Rudi. Akhirnya Rudi pergi ke Jepang untuk
mengunjungi Karl, anaknya. Dan tanpa diduga, di sana, di tanah asing, tempat
yang biasanya dia tak suka, dia berhasil merasa dekat dengan istrinya yang
sudah meninggal–sambil menunaikan impian selama hidup sang istri yaitu: pergi
ke Jepang dan melihat gunung Fuji.