Sandiwara “Rumah Boneka” akan dipentaskan di Aceh
Jumat-Sabtu (30-31 Agustus 2013), 20:00 WIB, Gedung PMI Sultan II Selim Banda Aceh
Pertunjukan
Sandiwara “Rumah Boneka”
Institut Ungu dan Pentas Indonesia,
bekerja sama dengan Komunitas Tikar Pandan, dan didukung oleh Kedutaan Besar
Norwegia akan menggelar pertunjukan sandiwara “Rumah Boneka” di Aceh. Pertunjukan
ini akan dilaksanakan pada Jumat dan Sabtu (30-31 Agustus 2013), dan dimulai
pada pukul 20:00 WIB di Gedung PMI Sultan II Selim, Banda Aceh. Harga karcisnya
adalah Rp15.000 per lembar dan dapat dibeli di loket karcis yaitu di OZ Radio
(081360909150) dan Kedai Buku Dokarim (08983895543).
“Rumah Boneka” merupakan terjemahan dari
karya salah satu dramawan Norwegia, Henrik Ibsen, yang berjudul asli ”A Doll’s
House” dan diterjemahkan oleh Faiza Mardzoeki. Faiza juga bertindak sebagai
penulis naskah dan produser pertunjukan ini. Naskah Ibsen tersebut diadaptasi
oleh Faiza ke dalam konteks Indonesia dengan
latar peristiwa Jakarta kontemporer. Pertunjukan ini sebelumnya telah
dimainkan di antaranya di Timor Leste, Jakarta, dan Bandung.
Naskah ini aslinya ditulis pada tahun
1879 dan hingga kini merupakan drama Ibsen yang sangat terkenal di seluruh
dunia dan masih terus dipentaskan di berbagai negara. Ibsen, oleh bangsa
Norwegia, dijadikan simbol kebanggaan nasional dan terus dipromosikan hingga
sekarang. Karya dramawan paling berpengaruh di Norwegia ini paling sering dipentaskan
setelah drama-drama Shakespeare. Pemerintah Norwegia mendukung penciptaan ruang
pergaulan kreatif di seluruh dunia melalui Ibsen. Rumah Boneka ini oleh
sebagian kalangan dianggap sebagai drama feminis pertama di dunia.
Produksi dan Aktor yang Terlibat di Sandiwara
Rumah Boneka
Sandiwara Rumah Boneka ini disutradarai
oleh Wawan Sofwan, seorang aktor dan sutradara teater, sebelumya bertindak
sebagai sutradara teater Nyai Ontosoroh. Sandiwara ini didukung oleh seniman
dari Jakarta, Bandung, New York, dan Aceh. Para aktor yang akan memainkan sandiwara
Rumah Boneka ini adalah Heliana Sinaga (aktor teater, aktif di kelompok
Mainteater Bandung sebagai wakil direktur); Ayu Diah Pasha (bintang sinetron
dan sudah terlibat di berbagai produksi film dan teater); Ayez Kassar
(aktor lulusan IKJ, aktif di teater dan
film); Teuku Rifnu Wikana (aktor film dan teater antara lain film Darah Garuda dan Laskar Pelangi); Willem Bevers (aktor teater, antara
lain main di teater Nyai Ontosoroh) dan Pipien Putri (penari dan koreografer
lulusan IKJ). Untuk pementasan di Aceh juga melibatkan dua aktor cilik Aceh
yaitu Nahla Azayaka Rivadsyaharani dan Sultan Pasha. Musik untuk sandiwara ini digarap oleh Marcello
Pellitteri, yang dikenal sebagai
drummer, musisi Jazz, arranger,
komponis, dan produser yang telah banyak bekerjasama dengan musisi kelas dunia.
Ia seorang pengajar dan profesor di Berklee College of Music, Boston, dan tinggal di New York.
Fauzan Santa, Manajer Produksi Rumah Boneka di Aceh, mengatakan bahwa sandiwara yang digarap dengan pendekatan realisme dan sangat peduli pada detail
keaktoran dan dialog ini mengusung tema perjuangan
perempuan untuk menemukan diri dan posisi di tengah ruang publik, di antara tuga-tugas sakral bersama keluarga. Ada sekian hal menarik yang perlu terus dipertanyakan
secara kritis untuk terbukanya ruang ekspresi perempuan secara rasional dan
kultural. Untuk Aceh, tema-tema semisal itu sangat penting sebagai pengingat
abadi bahwa apa yang dalam sejarah sosial politik Aceh sudah sedemikian jauh
diramaikan oleh perempuan-perempuan luar biasa, tidak perlu kembali surut
menyusut ke zaman “gelap”.
Sinopsis Sandiwara Rumah Boneka
Cerita sandiwara Rumah Boneka sangat
relevan dengan masyarakat Indonesia. Sandiwara tiga babak ini mengangkat cerita
keluarga kelas menengah di Jakarta saat ini. Tentang sepasang suami istri yang
harus bertarung mempertanyakan kembali nilai-nilai perkawinan dan keadaan
keluarganya. Rumah Boneka juga mengajak kita memikirkan kembali tentang moral,
agama, dan masyarakatnya yang dipenuhi mental korup dan kemunafikan.
Berkisah tentang Nora yang semasa gadis
adalah seorang penari balet, tapi saat menikah dan punya anak, ia harus
berhenti menari dan menyerahkan waktunya untuk mengurus anak dan suami, Tommy
Herlambang. Ketika suaminya terkena kanker, terpaksa harus berobat ke Singapura
dan membutuhkan biaya sangat mahal. Padahal saat itu karier suaminya tidak
memungkinkan untuk mendapatkan biaya pengobatan. Demi menyelamatkan suaminya,
terpaksa ia berutang kepada Togar, teman suaminya masa kuliah, tanpa
sepengetahuan siapa pun. Untuk bisa menyicil utang, diam-diam Nora bekerja di multilevel marketing menjual barang-barang
ke teman-temannya. Setelah sembuh, karier suaminya naik. Ia diangkat sebagai
direktur Bank Rekayasa Dana. Namun saat itulah justru utang Nora terbongkar
yang memicu pertengkaran di antara mereka. Suaminya menuduh Nora berkhianat,
sedangkan Nora melakukan semua karena cinta. Dari sini berbagai soal tentang nilai,
relasi, dan keputusan personal dipertanyakan.
Info dan reservasi/pembelian tiket: Kiki (08983895543).
@pustakaTP
@pustakaTP